1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikAsia

Yordania Diduga 'Bantu' Israel Lawan Iran, Warga Protes

Cathrin Schaer | Emad Hassan | Hamza al-Shawabkeh
16 April 2024

"Keterlibatan" militer Yordania yang dituduh ikut menghalau serangan rudal Iran ke Israel membuat warga marah. Pemerintah di Amman mengklaim tindakannya sebagai bentuk pertahanan diri.

Aksi protes warga Yordania di luar kedutaan Israel di Amman
Ribuan warga Yordania telah melakukan aksi protes di luar kedutaan Israel di Amman selama beberapa minggu.Foto: Alaa Al Sukhni/REUTERS

Saat Iran meluncurkan lebih dari 300 drone dan rudal ke Israel, negara tetangganya, Yordania, diduga ikut menembak jatuh proyektil dari Iran tersebut. Hujan kritik di media sosial pun bermunculan.

"Raja Yordania menjatuhkan rudal ke warganya untuk melindungi Israel,” kata salah satu unggahan yang dibagikan secara luas di X (sebelumnya Twitter). Kalimat tersebut diunggah bersama dengan foto puing-puing drone di Kota Karak, Yordania, yang lokasinya tidak jauh dari perbatasan dengan Israel.

Unggahan dalam bahasa Arab tersebut kemudian diperlunak agar tidak bernada terlalu negatif terhadap kememimpinan Yordania, yang terkenal sering menindas kritik.

"Yordania mengikuti uang seperti biasa,” kata salah satu pengguna berkomentar.

"Sungguh tidak bertanggung jawab menembakkan rudal ke kota sendiri,” tulis pengguna lainnya.

Ramainya kritik terhadap Yordania yang dinilai telah membantu Israel juga memicu munculnya misinformasi anti-Yordania secara online.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Termasuk di antaranya sebuah unggahan, yang memelintir dan menuduh raja Yordania dan putrinya (seorang pilot), terlibat secara pribadi. Ada pula yang mengatakan warga Yordania tewas akibat tertimpa puing-puing yang terbakar. Pemerintah Yordania melaporkan, walaupun ada puing rudal, tapi tidak ada warga yang cedera. Video yang menunjukkan ada puing rudal terbakar dipastikan hoaks, karena itu video dari peristiwa terbakarnya sebuah kapal tangki minyak beberapa minggu sebelumnya.

Bahkan ada tuduhan bahwa pemerintah Yordania telah menandatangani kesepakatan rahasia dengan Israel dan Amerika Serikat (AS) untuk mengizinkan mereka mengakses wilayah udara Yordania.

Yordania dinilai bantu Israel, banyak warga marah

Selain maraknya hoaks dan misinformasi, ada juga yang menuduh pemerintah Yordania dan beberapa pemerintahan negara Arab, khususnya Uni Emirat Arab dan Arab Saudi sebagai hipokrit. 

Satu dari lima orang di Yordania, termasuk ratu, adalah keturunan Palestina, sehingga "keterlibatan” militer Yordania membantu Israel banyak dilihat sebagai sebuah pengkhianatan.

"Saya sangat kecewa melihat Yordania membela Israel,” kata Hussein, seorang aktivis politik yang hanya bersedia disebutkan nama depannya.

"Banyak orang di sini tidak bisa menerima hal itu. Kami tidak mendukung Iran, dan melihat bahwa Iran adalah pemicu utama dari apa yang terjadi di Gaza. Namun, kami mendukung tindakan apa pun yang menghalangi aksi Israel di Gaza,” tambahnya.

"Malam itu adalah malam yang sulit,” kata Maryam, seorang mahasiswa di Amman, yang tinggal di dekat salah satu lokasi jatuhnya puing-puing. Dia juga hanya bersedia disebutkan nama depannya, mengingat kritik terhadap pemerintah Yordania bisa berbahaya.

Raja Yordania Abdullah II memimpin monarki konstitusional turun-temurun yang menurut kelompok hak asasi manusia sedang menuju ke arah otoritarianisme.Foto: Bernd Elmenthaler/IMAGO

"Secara umum, Iran tidak populer di Yordania. Tapi saya menolak  Yordania menangkal rudal Iran, dan keterlibatannya yang tidak diinginkan dalam perang ini,” tambah Maryam.

Dalam sebuah analisis yang dirilis pada akhir pekan lalu, Tuqa Nusairat, seorang pakar kebijakan AS di Timur Tengah untuk Dewan Atlantik, menuliskan bahwa konflik ini "telah membawa sekutu AS yang rentan seperti Yordania ke posisi yang paling tidak diinginkan.”

Pemerintah sebut aksinya bentuk pertahanan diri

Pemerintah Yordania dalam sebuah pernyataan menyebutkan, pihaknya bertindak untuk membela diri. Benda-benda yang memasuki wilayah udara Yordani ditangkal, "karena benda-benda tersebut merupakan ancaman bagi rakyat dan wilayah kami,” demikian bunyi pernyataan tersebut.

Mahmoud Ridasat, seorang pensiunan perwira senior dan pakar militer yang berbasis di ibu kota Yordania, Amman, juga mengemukakan hal senada.

"Apa yang terjadi akhir pekan lalu tidak bisa digambarkan sebagai tindakan untuk membela Israel, melainkan tindakan untuk membela kedaulatan dan wilayah udara Yordania,” katanya dalam wawancara dengan DW.

"Lagi pula, Anda tidak bisa mengetahui di mana drone atau rudal itu akan mendarat,” jelasnya seraya menambahkan bahwa laporan media Israel yang merayakan "keterlibatan” militer Yordania itu "tidak lebih dari sekadar propaganda Israel.”

Tentang tuduhan "kesepakatan rahasia” Yordania dan AS

Tahani Mustafa, seorang analis senior Palestina di lembaga pemikir International Crisis Group yang berbasis di Brussels, mengakui masyarakat Yordania relatif terpecah dalam masalah ini. "Dan Anda bisa memahami alasannya,” katanya kepada DW.

"Masyarakat tidak mengetahui banyak mengenai rincian hubungan ekonomi, diplomatik, dan keamanan Yordania dengan AS dan Israel, karena hal-hal seperti itu jarang diberitakan di sini,” tambahnya.

Mustafa menduga "kesepakatan rahasia” yang diperdebatkan sebagian warga Yordania itu mengacu pada perjanjian kerja sama pertahanan pada tahun 2021 antara AS dan Yordania, yang dikecam oleh para aktivis karena mengabaikan persetujuan parlemen.

Kesepakatan kontroversial tersebut mengizinkan pasukan, kendaraan militer, dan pesawat AS untuk masuk dan bergerak di sekitar Yordania dengan bebas.

Menurut Mustafa, kerja sama militer Yordania dan AS menjadi lebih terlihat pada awal operasi melawan ISIS.

Apakah "keterlibatan" Yordania akan memicu lebih banyak protes? Mustafa mengatakan "itu tergantung pada seberapa represif rezim tersebut bereaksi."Foto: Laith Al-jnaidi/Anadolu/picture alliance

"Tapi ketika protes mengenai Gaza pecah, banyak orang mulai mengatakan Yordania harus mengusir Amerika,” jelasnya kepada DW.

Selama beberapa minggu terakhir, ribuan warga Yordania secara rutin berkumpul di luar kedutaan Israel di Amman untuk memprotes situasi di Gaza. Mereka juga menyerukan dibatalkannya perjanjian perdamaian Israel-Yordania tahun 1994.

Aksi Yordania bertujuan untuk ‘mencegah eskalasi regional'

Julien Barnes-Decay, direktur program Timur Tengah dan Afrika Utara di Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa, cukup yakin bahwa tindakan Yordania akhir pekan lalu dan kemarahan warga yang ditimbulkannya tidak akan mengganggu stabilitas pemerintahan Yordania.

"Pada akhirnya Yordania dapat membenarkan tindakan mereka karena drone dan rudal terbang melalui wilayah udara mereka. Tindakan Yordania itu lebih ditujukan untuk mencegah eskalasi regional daripada memperketat aliansi strategis dengan Israel,” katanya.

Menurut Barnes-Decay, yang jauh lebih mengganggu stabilitas dan berbahaya bagi Yordania dan banyak negara lain di Timur Tengah adalah perang regional.

"Jadi saya rasa mereka akan terus berupaya menghentikan insiden yang dapat memicu perpecahan,” jelasnya.

"Mereka akan terus berbicara dengan Iran, mereka akan terus mencoba melakukan deeskalasi. Dan jika ada lebih banyak insiden keamanan, jika ada serangan lebih lanjut di wilayah udara mereka, maka Yordania kemungkinan akan melakukan hal yang sama lagi,” pungkas Barnes-Decay.

gtp/rs/as

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait