1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

UE Ingin Ubah Brexit untuk Anak Muda, Inggris Masih "Dingin"

19 April 2024

Komisi Eropa mau ubah aturan Brexit karena berpendapat pelajar dan lulusan muda Eropa menjadi yang paling terdampak akibat pembatasan mobilitas itu. Inggris dilaporkan menanggapi usulan tersebut dengan "dingin".

Perdana Menteri Inggris Sunak dan Kepala Komisi Eropa von der Leyen
Komisi Eropa sedang mencoba menegosiasikan kondisi mobilitas serupa dengan yang ada sebelum BrexitFoto: DAN KITWOOD/AFP

Uni Eropa (UE) sedang berupaya meningkatkan mobilitas antara 27 negara anggotanya dan Inggris, khususnya bagi warga berusia antara 18 dan 30 tahun. Namun, apakah usulan tersebut akan diterima oleh Inggris? Ini yang masih harus dilihat.

Badan eksekutif UE, Komisi Eropa, sedang mencoba untuk membuka pembicaraan tingkat negara-negara blok dengan Inggris mengenai izin pemuda dari negara-negara UE untuk belajar atau bekerja, dan tinggal di Inggris hingga empat tahun, dengan pengaturan yang sama untuk pemuda Inggris.

Proposal tersebut sebagian besar akan mengembalikan mobilitas generasi muda ke masa sebelum Brexit, saat anggota UE yang saat itu beranggotakan 28 negara, termasuk Inggris, diizinkan untuk bekerja dan belajar tanpa persyaratan visa. Rencana baru Komisi ini akan melibatkan visa, tetapi biayanya tidak akan "berlebihan".

Meskipun Komisi Eropa bilang bahwa Inggris telah menunjukkan minat terhadap perjanjian tersebut, tetapi tanggapan awal Inggris "dingin". 

Apa yang diusulkan Komisi Eropa?

Perjanjian yang diusulkan akan memungkinkan warga negara UE dan Inggris berusia antara 18 dan 30 tahun untuk tinggal hingga empat tahun di negara tujuan.

Warga negara UE yang belajar di Inggris juga akan diizinkan untuk membayar biaya kuliah universitas yang sama dengan warga negara Inggris, yang mungkin kurang dari setengah jumlah yang harus mereka bayarkan sebagai warga negara non-Inggris. Sebelum Brexit, biaya yang dibayarkan tetap sama terlepas dari kewarganegaraan siswa.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

"Situasi ini khususnya berdampak pada peluang bagi kaum muda untuk merasakan kehidupan antar wilayah dan mendapatkan manfaat dari pertukaran pemuda, budaya, pendidikan, penelitian dan pelatihan,” kata Komisi tersebut, mengacu pada realitas pasca-Brexit.

Komisi Eropa juga mengatakan pihaknya "terbuka” bagi Inggris untuk bergabung kembali dengan skema pertukaran pelajar Eropa Erasmus. Sebelumnya, London keluar dari skema tersebut setelah Brexit, di bawah kepemimpinan mantan Perdana Menteri Boris Johnson. Kala itu, pemerintahan Johnson berpendapat bahwa skema tersebut terlalu mahal.

Apa yang bisa terjadi selanjutnya?

Rekomendasi Komisi akan dibahas oleh negara-negara anggota UE, yang harus menyetujui rencana tersebut sebelum negosiasi resmi dengan Inggris dimulai.

Namun, reaksi awal dari Inggris terhadap rekomendasi tersebut tampaknya tidak menyenangkan.

Inggris telah memiliki skema Mobilitas Pemuda sendiri dan telah mencapai kesepakatan dengan 13 negara. Namun, Komisi Eropa yakin usulannya sendiri lebih ambisius.

"Kami telah berbicara tentang keinginan untuk mengurangi migrasi legal dan juga tentang keinginan untuk mendukung bakat dan keterampilan Inggris dan itulah sebabnya kami memiliki sistem di mana kami memiliki sejumlah perjanjian dengan masing-masing negara anggota UE yang mana hal tersebut sesuai dengan kepentingan kami dan kami memilikinya. itu bukan kesepakatan di seluruh Komisi,” kata juru bicara Kantor Perdana Menteri Inggris.

rs/pkp (AFP, AP, dpa)

Krisis Identitas Brexit Dari Sudut Bidikan Lensa

04:01

This browser does not support the video element.